Kamis, 10 September 2020

Beta Cinta Indonesia

Indonesia merupakan negaraku tempat aku lahir ke dunia fana. Sejak aku dilahirkan bunda sampai sekarang sudah beranak-pinak, aku tetap tinggal di Indonesia. Aku bangga memiliki negeri yang elok bagaikan jamrud melingkar di khatulistiwa.

Negara Indonesia yang terdiri atas beribu pulau,berpuluh provinsi, dan beribu kabupaten,serta beratus ribu desa/dukuh/kelurahan harus merupakan kebanggaan warganya. Kebanggaan kita semua.

Jika kita pergi ke negara mana pun, kita tetap bangga bahwa Indonesia adalah negara kita, tempat kita dilahirkan dan dibesarkan.

Minggu, 14 Juni 2020

Kesasar

Kesasar 1

Tulisan ini berupa pengalaman penulis dan rekan. Saya tulis, mudah-mudahan bermanfaat menjadi sarana hiburan.

Saya pernah kesasar atau lebih tepatnya salah kunjung. Waktu itu diundang oleh orang tua siswa. Saya masih ingat nama yang mengundang saya. Murid saya ketika di SD dikhitan di Jalan Pangkalan Jati. Saya lupa nomor jalan tersebut. Saya pergi dengan sepeda motor tua tahun 1973. Saya namakan "Si Dukun" motor tersebut.

Ada janur, langsung masuk. Di tempat resepsi gak ada yang kenal. Saya juga gak nanya. Resepsi belum dibuka. Saya nunggu. Kalau gak nunggu rugi. Abis amplop sudah dicemplungin ke kotak uang kondangan. Payahnya, cuma punya uang yang dibuat kondangan. Alias itu-itunya. Resepsi dibuka, kok yang keluar penganten. Waduh, sudah pasti salah. Tapi....., ya karena duit dah dicemplungin, biar dah, ikut makan aja.

"Kok, gak sama Ibu, Pak?" tanya penganten wanita karena saya sendirian. Saya jawab, "Gak, istri saya lagi ada tamu."
Gak lama, abis makan langsung pamit aja. Langsung menuju rumah. Sampai di rumah, saya cerita kepada istri.
"Tanya, dong, kalau pergi kondangan ntu!" kata istri," jangan nyelonong aja! Lagian kalau udah ketauan salah, ngapa gak balik?"
"Ya, amplop dah telanjur dicemplungin kotak! Biarin, ah, telanjur! Itung-itung bayar warteg aja." jawab saya sambil tertawa geli, inget kelakuan sendiri.

Jangan kecewa, ya, Adit, pak Sahman gak menghadiri acara resepsi khitanan kamu. Murid yang dikhitan namanya Adit. Mudah-mudahan dia membaca cerita ini

Tuliskan amanat sesuai cerita tersebut!
Jawaban dikirim via email ke alamat sahmansabirin@gmail.com




Jumat, 17 September 2010

Kesasar 2

Cerita kesasar ini bukan saya sebagai pelaku, tetapi saudara sepupu, anak paman saya yang semuanya sudah almarhum. Semoga mereka mendapat tempat di sisi-Nya. Amin.

Saudara sepupu saya meninggal di Cipinang Muara sehabis zuhur. Saya lupa nama hari dan tanggalnya. Saya melayat hingga menguburkan jenzah tersebut. Ketika itu saya sebagai wakil keluarga mengucapkan terima kasih kepada khalayak yang telah sudi mengantarkan jenazah.

Saya pulang sehabis waktu asar dari tempat duka. Saudara sepupu saya yang berdua tidak sempat hadir pada waktu pemakaman karena mereka masih di kantor dan tidak mendapatkan kabar kematian saudaranya tersebut. Mereka berkunjung setelah magrib. Mereka naik bajaj dan membawa beras satu karung. Entah berapa kilogram beratnya.

Sesampai di Cipinang Muara, mereka langsung masuk ke tempat yang kematian. Tidak bertanya dulu, tentang rumah kematian saudara sepupunya. Beras diberikan kepada tuan rumah. Mereka bergiliran langsung membuka tutup muka jenazah yang belum dimandikan.

Kata mereka dalam hati, kok ini jenazah bukan saudaraku! Setelah berbincang-bincang kecil, mereka bertanya tentang nama jenazah itu.

Ternyata, jenazah tersebut bukan yang dimaksud. Dengan rasa malu, mohon maaf kepada tuan rumah bahwa mereka akan berkunjung kepada saudara sepupunya.

Kata tuan rumah, bahwa jenazah yang dimaksud sudah dimakamkan tadi sebelum waktu asar. Jenazah ini baru saja sampai dari rumah sakit.

Hehehe. Beras diminta lagi, terpaksa dipikul menuju rumah saudara sepupunya.

Jumat, 11 Juni 2010

Balap Manjat

Aku masih ingat sekali peristiwa ini, Balap Manjat. Kami balap manjat tebing kira-kira tingginya 150 centimeter dengan kemiringan 80 derajat.

Saya menghitung lomba tersebut. "Satu, dua, tiga!" Kami memanjat tebing yang hampir kemiringan tegak lurus itu. Alhamdu lillaah , saya yang paling dulu.

"Hore... aku paling dulu!" teriakku sombong. Tapi... kok ada yang menempel di telapak tangan kananku? Iiih... ternyata, setelah diamati....kotoran anjing.
"Wiiih,,,sialan! Haram jadah!" teriakku. Entah seperti apa air mukaku ketika itu. Rasanya terhina sekali. Kemenangan dihadiahi ee si gukguk.
"Yeah! Lumayan, paling dulu dapat hadiah!" ledek teman-temanku sambil meludah.
Ketika cerita ini ditulis, masih terbayang ketika tanganku penuh dengan kotoran anjing.

Sabtu, 05 Juni 2010

Salat Tanpa Ilmu

Aku hidup di kampung yang ketika itu masih sedikit orang yang mengerjakan salat. Jangankan anak-anak seperti aku yang baru berumur 8 tahun, orang tua pun masih banyak yang belum melaksanakan salat, mungkin belum tahu ilmunya. Aku katakan belum tahu ilmunya karena di kampungku tidak ada ustaz. Ada guru agama di sekolahku pun diperkirakan tahun 1960, ketika aku kelas dua SD.
Aku ke masjid ketika bulan Puasa. Salat ikut-ikutan saja, tanpa ilmu. Gerakannya pun belum benar apalagi bacaannya.
Selesai salat, kami wiridan. Aku ikutan mengucapkan banlos 33 kali, durilam 33 kali, dan bakbar 33 kali. Entahlah, berapa lama aku mengucapkan lafal seperti itu.
Kuingin sekali bertanya tentang arti yang biasa diucapkan sehabis salat itu.
"Ma, artinya banlos, apa?" tanyaku kepada Ema dengan rasa penasaran.
"Hah, banlos?" Ema balik tanya.
"Ya, kalau habis salat kan baca:'banlos 33 kali, durilam 33 kali, dan bakbar 33 kali', artinya apa?" jawabku dengan pertanyaan pula.
Ema dan kakak-kakak perempuanku tertawa terpingkalp-pingkal. Abah
mah gak pernah tertawa ngakak, paling senyum doang.
Ema menerangkan bahwa sehabis salat membaca subhanalloh 33 kali, bukan banlos. Alhamdulillaah 33 kali, bukan durilam. Allaahu Akbar 33 kali, bukan bakbar.
Tapi aku tetap percaya kepada pendengaranku, bahwa bacaan yang benar itu sehabis salat, adalah lafal: banros, durilam,dan bakbar, masing-masing 33 kali.
"Kedengarannya banlos karena mengucapkan subhanallaah terlalu cepat. Begitu juga kedengarannya durilam karena mengucapkan Alhamdulillaah terlalu cepat. Allaahu Akbar kedengaran bakbar karena diucapkan terlalu cepat pula." kata kakakku yang sudah biasa mengucapkannya sehabis salat.

Pertanyaan:
Tuliskan amanat yang terkandung dalam cerita itu?

Jawaban Anda dikirimkan kepada Sahman Sabirin dengan alamat email: sahmansabirin@gmail.com

Selasa, 11 Mei 2010

Pantunku

Mengapa aku tulis "Pantunku"? Jawabannya: Pantun berikut ini hasil kreasiku. Bukan hasil copy-paste (copas).
Jika pembaca ingin mengutip pantun saya, silakan saja asal menyertakan sumbernya. blog Aku Cinta Indonesia. Tulis sumbernya: http://betacintaindonesia.blogspot.com

Sebelum menulis pantun, saya akan tulis dulu cara atau langkah-langkah membuatnya,sbb.:
Pertama, tentukan jenis pantun. teka-teki, jenaka, berdukacita, atau bersukacita.
Kedua, tentukan isi pantun yang tertulis pada baris ketiga dan keempat.
Ketiga, tentukan sampiran pantun yang tertulis pada baris pertama dan kedua.
Rima atau baris pertama harus sama dengan rima baris ketiga, rima baris kedua harus sama dengan baris keempat.
Contoh:
Saya akan membuat pantun nasihat.
Saya tentukan isi pantun tersebut.
1....
2....
3.Tuntutlah ilmu sampai da
pat
4.Jangan sampai putus hara
pan
Rima baris ketiga pat, rima baris keempat pan
Saya tulis sampiran baris pertama dan kedua
1.Satu dua tiga dan empat
2.Lima enam tujuh delapan

Maka jadilah pantun nasihat, begini:
Satu dua tiga dan em
pat
Lima enam tujuh dela
pan
Tuntutlah ilmu sampai da
pat
Jangan sampai putus hara
pan

Pantun nasihat yang lain:
S
atu dua tiga dan empat
Lima enam tujuh delapan
Jika ilmu sudah didapat
Kesopanan jangan dilupakan

Kuda andong lagi meringkik
Burung nuri mencari pakan
Belajar bahasa asing itu baik
Bahasa sendiri jangan dilupakan